Sabtu, 14 November 2009

PMTCT HIV/AIDS DI PUSKESMAS KARANGDORO SEMARANG

Artikel ini dibuat berdasarkan hasil wawancara dan studi pustaka yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 Juli 2009 di Puskesmas Karangdoro Semarang.

PMTCT (Prevention Mother To Children Transmission) adalah pencegahan ketika seorang wanita hamil terinfeksi HIV agar tidak menular ke bayinya. Kejadian ini dapat terjadi sebelum kehamilan, kehamilan maupun menyusui. Tanpa adanya perawatan, 15-30% bayi lahir akan terinfeksi HIV dari ibu dengan HIV positif.
Di Kota Semarang terdapat beberapa puskesmas yang menyediakan pelayanan PMTCT yaitu Puskesmas Halmahera, Bandarharjo, Poncol yang telah memiliki klinik sendiri dan Karangdoro. Puskesmas Karangdoro ditunjuk oleh PKBI untuk melaksanakan program ini karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan.
Dalam melaksanakan PMTCT Puskesmas Karangdoro bekerja sama dengan PKBI, DKK Semarang, Rumah Sakit Kariadi, RSUD Kota Semarang dan Rumah Sakit Panti Wiloso. Program ini dilaksanakan mulai dari tahun 2008. Sasaran dari pelaksanaan program ini yaitu ibu hamil yang memeriksakan kandungannya di puskesmas Karangdoro. Umumnya mereka berasal dari daerah di sekitar puskesmas tapi ada pula yang berasal dari wilayah lain. Pada pelaksanaanya Puskesmas Karangdoro hanya memfasilitasi tempat dam menyediakan pasien.
PMTCT dilaksanakan 1-2 kali setiap bulannya berdasarkan keputusan dari PKBI. Dana yang dibutuhkan untuk pemeriksanaan didapatkan dari PKBI sehingga pasien tidak mengeluarkan biaya. Berdasarkan keterangan Ibu Elly bagian KIA, ibu hamil sangat antusias dalam mengikuti program PMTCT tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam program PMTCT yaitu:
1. Puskesmas melakukan pendataan pada ibu hamil.
2. Penyuluhan, dilaksanakan oleh PKBI maupun Fakultas Kedokteran Semarang maupun kota lain.
3. Menanyakan kesediaan pasien untuk diperiksa lebih lanjut.
4. Pemeriksaan Laborat yang dilaksanakan oleh tim dari rumah sakit terkait.
5. Apabila pasien terinfeksi HIV/AIDS, maka pelayanan pemeriksaan pencegahan infeksi yang dilakukan puskesmas lebih ditingkatkan. Namun biasanya pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit dan dari pihak PKBI ada yang mendampingi mulai dari kehamilan, persalinan dan nifas. Pihak PKBI juga mendampingi pasien dalam mengkonsumsi obat ARV.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari tahun 2008-2009 terdeteksi 5 orang reactive HIV. Tetapi setelah diperiksa lebih lanjut hasilnya negatif.

faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”

Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan dalam membarikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat memperhatikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam Hand Out ini akan dibahas topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passanger, psykologis, penolong.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang factor-faktor yang mempenaruhi persalinan normal.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang factor power pada pada persalinan normal.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang factor passage pada pada persalinan normal.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang factor passangerpada pada persalinan normal.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tentang factor psikologi pada pada persalinan normal.
6. Mahasiswa dapat mengetahui tentang factor penolong pada pada persalinan normal.








BAB II
PEMBAHASAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
Persalinan dapat berjalan dengan normal apabila faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan dapat bekerja sama dengan baik yaitu power, passage, passenger dan juga didukung dengan psikologi ibu serta factor penolong persalinan.

1. POWER
Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh his atau kontraksi dan retraksi otot rahim, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
A. His ( Kontraksi Uterus )
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
His normal mempunyai sifat :
• Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
• Fundal dominant, menjalar keseluruh otot rahim : kontraksi yang paling kuat dominan di bagian fundus
• Kekuatannya seperti memeras isi rahim
• Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim
• Involuntir : kontraksi di luar kehendak
• Intermitten : kontraksi berlangsung selang seling
• Terasa sakit
• Terkoordinasi dan simetris
• Kadang – kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis

Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his:
1. Frekuensi his
Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permanit atau persepuluh menit.
2. Intensitas his
Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.



3. Durasi atau lama his
Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan detik, misalnya selama 40 detik.
4. Datangnya his
Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5. Interval
Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3 menit
6. Aktivitas his
Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh Caldeyro – Barcia dari Amerika latin ( 1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot – otot uterus pada waktu relaksasi masih mempunyai tonus dengan tekanan antara 6 sampai 12 mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus di sudut tuba dimana gelombang his berasal . Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dank e bawah dengan kecepatan 2cm tiap detik mencakup seluruh otot – otot uterus. His dominan, oleh karena serviks tidak mempunyai otot – otot yang banyak, maka pada setiap his terjadi perubahan serviks :
- Tertarik dan mendatar ( affacement )
- Membuka ( dilatasi)

Perubahan – perubahan akibat His :
- Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras/ padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement ) dan terbuka ( dilatasi ).
- Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
- Pada janin : Pertukaran oksigen pada utero plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Pembagian His :
1. His Pendahuluan
- His tidak kuat, tidak teratur
- Menyebabkan “show”
2. His pembukaan ( Kala I)
- His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap
- Mulai kuat, teratur dan sakit
3. His Pengeluaran ( His Mengedan )/ Kala II
- Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama
- His untuk mengeluarkan janin
- Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligamen.
4. His Pelepasan Uri ( Kala III )
- Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta
5. His pengarang ( Kala IV )
- Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.

Kelainan kontraksi otot rahim

1. Inertia Uteri

His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi

menjadi :
Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah
Inertia uteri sekunder :
His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah

His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.

2. Tetania uteri

His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
Persalinan Presipitatus

Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal :
Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan
Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri
Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim

3. Inkoordinasi otot rahim

Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim.

Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
Faktor usia penderita relatif tua
Pimpinan persalinan
Karena induksi persalinan dengan oksitosin
Rasa takut dan cemas

2. PASSAGE
Passage adalah jalan lahir, terdiri dari :
a. Jalan lahir keras :
Tulang panggul terdiri dari :
os coxae (os ilium, os ischium dan os pubis)
os sacrum
os coccygis.

Sedangkan sendi (artikulasio) terdiri dari :
2 buah artikulasio sacroiliaca : menghubungkan os sacrum dan os ilium
1 buah artikulasio sacro coccygea : menghubungkan os sacrum dan os coccygis
1 buah symphisis pubis : menghubungkan 2 tulang symphisis

Bidang/pintu panggul :
Pintu Atas Panggul (PAP) : promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis. Disebut juga inlet.
Ruang tengah panggul (RTP) : kira - kira pada spina ischiadica. Disebut juga midlet.
Pintu Bawah Panggul (PBP) : symphisis dan arcus pubis. Disebut juga outlet.

Ukuran - ukuran Panggul :
PAP :
Konjugata diagonalis :pinggir bawah symphisis pubis ke promontorium :12,5 cm
Konjugata vera : pinggir atas symphisis pubis ke promontorium : konjugata diagonalis - 1,5 cm = 11 cm
Konjugata transversa : antar dua linea innominata : 12 cm
Konjugata obliqua : 13 cm
Distansia spinarum : jarak antara kedua Spina Iliaka Anterior Superior ( 24 – 26 cm)
Distansia Kristarum : jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan kiri ( 28 – 30 cm)
Konjugata eksterna (Bodeloque) 18 – 20 cm
Lingkar panggul : 80 -90 cm

RTP :
Bidang luas panggul : pertengahan symphisis ke pertemuan os sacrum 2 dan 3. Sekitar 12,75 x 12,5 cm. Dalam persalinan tidak mengalami kesukaran.
Bidang sempit panggul : tepi bawah symphisis menuju spina ischiadica. Sekitar 11,5 x 11 cm.
Jarak kedua spina 10 - 11 cm.
PBP :
Anterior posterior : pinggir bawah symphisis ke os coccygis : 10 - 11 cm.
Melintang : 10,5 cm.
Arcus pubis : lebih dari 90 derajat

Bidang Hodge
Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

b. Jalan lahir lunak
Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, serviks uteri, dan vagina. Di samping itu, otot – otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat – alat urogenital juga berperan pada persalinan.
Dasar panggul ( pelvic floor ) terdiri dari :
1. Diafragma pelvis : adalah bagian dalam yang terdiri dari m.levator ani, m.pubococcygeus, m. ileococcygeus, dan m. ischiococcygeus
2. Diafragma urogenital terdiri dari perineal fasciae otot – otot superficial
PEMBENTUKAN JALAN LAHIR
Ketika kontraksi dan retraksi miometrium sudah menghasilkan dilatasi serviks lengkap kepala janin turun ke dalam vagina yang mengembang untuk menerimanya. Otot-otot vagina sudah mengalami hipertrofi dan epithelium menebal selama kehamilan sehingga dapat menampung janin tanpa rusak. Ketika kepala janin turun, pertama akan bertemu dasar panggul dan titik terdepan diarahkan kedepan oleh saluran yang dibentuk oleh levator ani. Sekarang janin telah melalui diafragma urogenital. Otot-otot levator meregang dan tergeser kebawah dan belakang sehingga anus didorong kuat oleh kepala yang sedang turun tersebut. Dan mengalami dilatasi serta terbuka lebar hingga dinding rectum anterior tampak. Tekanan juga diterima oleh bagian bawah vagina, dan bagian tengah perineum, sehingga jaringan ini dapat robek ketika kepala janin lahir
Jalan turunya janin dari uterus lurus sampai setinggi spina iskiadika, lalu berbelok ke anterior mengitari tepi bawah simpisis pubis. Jika arkus pubikus lebar, kepala janin akan berada tepat dibelakang simpisis, sehingga perineum tidak terlalu teregang. Jika sudut ini sempit, kepala akan terdorong kebelakang, arah kurva menjadi lebih tumpul sehingga lebih memungkinkan timbulnya kerusakan perineum.


3. PASSENGER
Terdiri dari janin, plasenta dan amneon.
a. Janin
Janin adalah passage utama lewat jalan lahir. Bagian janin yang paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Ukuran kepala lebih lebar dari bahu dan kurang lebih seperempat dari panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Kepala paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak: hidup sempurna,cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lahir dengan mudah menyusul kemudian.

Postur janin dalam rahim

Sikap (harbitus)
Sikap menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umunya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi, serta tulang lengan silang di dada.

Letak janin
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu, letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sunsang.

Presentasi
Preseentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang adda di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atu pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dll.
Bagian terbawah janin
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas.

Posisi
Posisi
Merupakna indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (lbk), ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
Apabila seseorang ingin menentukan presentasi dan posisi janin perlu diketahui hal-hal berikut
Bagian terbawah janin?
Dimana bagian terbawah tersebut?
Apa indikatornya?
b. Amneon
Setelah kantong amnion pecah dan mengeluarkan cairan amnion pada waktu persalinan, servik yang berdilatsi menekan kuat kulit kepala janin sehingga mengurangi aliran balik limfatik dan vena dari kulit kepala janin. Hal ini menyebabkan pembengkakan jaringan di bawah kulit dan disebut kaput suksedanium. Kaput ini lunak dan berfluktuasi pada penekanan dan hilang dalam waktu beberapa hari.
c. Placenta
Placenta normal beratnya kira-kira 500gr atau seperenam dari berat badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.
4. PSIKOLOGI
Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.

Psikologis meliputi :
Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
Pengalaman bayi sebelumnya
Kebiasaan adat
Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
•Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
•Persalinan sebagai ancaman pada self-image
•Medikasi persalinan
•Nyeri persalinan dan kelahiran

5. PENOLONG
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

Bidan
* Biasanya, bidan punya waktu yang cukup longgar untuk mendampingi dan mendengarkan curhat Anda menjelang persalinan.
* Ia dapat lebih sabar, sehingga menenangkan sebagian ibu.
* Jika persalinan Anda termasuk normal, sebenarnya Anda tidak perlu terlalu strict memilih dokter untuk menolong Anda. Sebab, bidan juga merupakan tenaga medis profesional yang cukup kompeten dan mampu menangani kehamilan risiko rendah dan persalinan tanpa komplikasi.
* Bidan tak kalah dengan dokter dalam menolong persalinan. Ia sudah cukup terdidik tentang pengetahuan kehamilan dan persalinan.
* Kalau Anda merasa sreg dan ingin ditolong oleh seorang bidan, pastikan ia memang berpengalaman dan terdidik.

Dokter spesialis kandungan
* Jika kehamilan Anda berisiko tinggi, dokter kandungan merupakan satu-satunya penolong
persalinan yang pas bagi Anda. Sebab, dokter tersebut memang terlatih untuk menangani semua
situasi yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, plus komplikasi yang menyertai.
* Banyak dokter kandungan yang harus menolong seabrek pasien. Bisa jadi, ia tidak bisa
menemani Anda pada hari-H.
* Dipilih karena pertimbangan pendidikannya yang lebih tinggi daripada bidan.
* Juga, ada alasan lain, seperti gengsi jika menggunakan jasa dokter ini.

PRE_EKLAMSI

A. Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000).

B. Etiologi
Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).






C. Klasifikasi Pre-eklamsi
Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :
Pre-eklamsia ringan : kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg.
: kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140 mmHg.
: protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
Pre-eklampsia berat : tekanan diastolik >110 mmhg
: protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran.

D. Patologi
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut.




E. Perubahan-perubahan pada organ :
1. Perubahan hati
- Perdarahan yang tidak teratur
- Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
- Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
2. Retina
- Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur
3. Otak
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4. Paru-paru
- Berbagai tingkat edema
- Bronkopnemonia sampai abses
Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
5. Jantung
- Perubahan degenerasi lemak dan edema
- Perdarahan sub-endokardial
- Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung
6. Aliran darah keplasenta
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kemaian janin
- Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin
7. Perubahan ginjal
- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga fitrasi glomerolus berkurang
- Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
8. Perubahan pembuluh darah
- Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema
- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.

(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998).

F. Gambaran Klinik Pre-Eklampsi
Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki dan tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklamsi ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut :
- Sakit kepala terutama daerah frontal
- Rasa nyeri daerah epigastrium
- Gangguan penglihatan
- Terdapat mual samapi muntah
- Gangguan pernafasan sampai sianosis
- Gangguan kesadaran

G. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan hipertensi manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil.pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis.
Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1997).

H. Pencegahan Pre-Eklamsia
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif … Media Aesculapius, Jakarta : 2000)

I. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
- Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
- Melahirkan janin hidup
- Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
- Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
- Penambahan edema berlebihan tiba-tiba


Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.

(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).


ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP NY. A
DENGAN PRE EKLAMSIA RINGAN PADA KEHAMILAN
DI BPS TUMINI BRAJA CAKA LAMPUNG TIMUR


I. Pengumpulan Data Dasar
Tanggal 08 Desember 2008

A. Pengkajian
1. Identitas/ Biodata
Nama Pasien : Ny. Astuti Nama Suami : Tn.Asnawi
Umur : 23 thn Umur : 24 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Muara sidang Alamat : Muara sidang


2. Anamnese
Ibu hamil anak pertama,usia kehamilan 8 bulan ibu mengeluh kakinya bengkak
1.Riwayat Menstruasi
a. HPHT : 10 April 2008
b. Haid sebelum : teratur
c. Lamanya : 7 hari
d. Siklus : 28 hari
e. Banyaknya : 3 x ganti pembalut
f. Sifat darah : cair


2.Tanda-tanda kehamilan
Test kehamilan tanggal 20 mei 2008 dengan hasil(+).
3.Keluhan yang dirasakan
a. Mual dan muntah yang lama : tidak ada
b. Nyeri perut : ada
c. Panas menggigil : tidak ada
d. Sakit kepala : ada
e. Penglihatan kabur : tidak ada
f. Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak ada
g. Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : tidak ada
h. Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada
i. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
j. Oedema : ada
4.Diet/makan:
Makan 3x sehari, porsi sepiring nasi,lauk pauk, sayur, buah dan kadang-kadang susu.
5.Pola Eliminasi
BAB : 1 x sehari
BAK : 7-8 x sehari
6.Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat tidur : 7-8 jam
Seksualitas : 1 x seminggu
Pekerjaan : melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari
Imunisasi : TT1 pada kehamilan 16 minggu di bidan
TT2 pada kehamilan 24 minggu di bidan
3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu belum pernah hamil dan melahirkan

4. a. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit yang serius seperti jantung, hipertensi, hepar, DM, anemia, campak, malaria, TBC, gangguan mental ataupun operasi
b. Perilaku Kesehatan
Klien tidak pernah minum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sejenisnya serta klien tidak pernah merokok. Ibu tidak melakukan senam hamil dan breast care. Ibu membersihkan vagina dengan sabun mandi setiap mandi, habis BAK dan BAB
c. Riwayat Psikososial
Klien menyatakan bahwa kehamilan ini direncanakan. Respon suami dan keluarga adalah senang. Klien dan suami secara resmi sebagai istri pertama, dengan lama perkawinan 1 tahun. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,persalinan dan nifas tidak ada.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular maupun penyakit keturunan.
B. Data Objektif
a. Tanda-tanda vital
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 370C
RR : 20x/menit
b. Pemeriksaan
Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : ibu terlihat senang
c. Tinggi badan : 155cm
BB sebelum hamil : 53kg
BB saat hamil : 64 kg
Kenaikan BB : 11kg
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ibu kadang-kadang merasa kepala nyeri. Tidak ada benjolan di kepala maupun tanda kelainan
2) Rambut
Hitam kulit kepala tidak berketombe, rambut tidak mudah di cabut
3) Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik. fungsi penglihatan baik
4) Hidung
Tidak terdapat polip dan tanda kelainan dan fungsi penciuman baik
5) Muka
Pada daerah muka tidak ada chloasma gravidarum
6) Telinga
Simetris tidak terdapat serumen, peradangan pada lubang telinga, fungsi pendengaran baik
7) Mulut dan gigi
Tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, tidak terdapat caries pada gigi, fungsi pengecapan baik, tidak ada pembesaran tonsil.
8) Leher
Kelenjar thyroid : tidak terdapat pembesaran ataupun kelainan
Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran dan tanda kebiruan
Vena jugolaris : tidak ada pembesaran
9) Dada
Bentuk dada simetris, pergerakan dada teratur dan tidak ada kelainan.
Jantung
Bunyi jantung normal, tidak terdengar murmur
Paru
Bunyi paru normal, tidak terdengar wheezing atau ronchi
Payudara
Ada pembesaran normal, hyperpigmentasi pada areola mammae, putting menonjol dan sedikit kotor, bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan dan rasa nyeri. Colostrum belum keluar, dan agak kotor.
10) Punggung dan pinggang
Ada nyeri pinggang kadang-kadang, bentuk tulang punggung lordosis,
11) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, serta tidak ada kelainan
Bawah : terdapat oedema, bentuk simetris, tidak ada ketegangan,tidak ada varises.
12) Genetalian eksternal
Bagian vulva tidak ada oedema ataupun varises. Tidak terdapat keputihan yang disebabkan jamur.
13) Abdomen
Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi maupun benjolan tanda kelainan.
Leopold I : TFU pertengahan Px dan pusat atau 32 cm dan belum sering kontraksi, pada atas fundus teraba bagian yang bulat agak lunak dan tidak melenting berarti bokong
Leopold II : Perut sebelah kanan teraba lebar dan panjang, berarti punggung, perut sebelah kiri terdapat bagian kecil seperti mengumpul berarti ekstremitas
Leopold III : Bagian terendah teraba keras seperti kepala belum ada penurunan kepala
DJJ : 138x/ menit, teratur
Mc Donald : 32 cm
TBJ : (32 – 11) x 155 = 3255gram

3. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb : 10,8 gr%
Protein urine : +1

II. Interprestasi Data Dasar, diagnosa, masalah, dan Kebutuhan
Diagnosa : G1P0A0,usia kehamilan 32 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterin, memanjang, presentasi kepala dengan pre eklampsia ringan

Dasar : HPHT 10-4-08,tafsiran partus 17-1-09, bengkak pada ekstremitas
bawah dan ditemukan protein urin +1
TD 140/100 mmHg
Masalah : gangguan rasa nyaman
Dasar : Ibu sering merasa nyeri kepala
Ibu merasa nyeri pada bagian pinggang
Bengkak pada ekstermitas bawah
Ibu terlihat lemah .

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Potensial akan terjadi pre eklamsia sedang atau berat

IV. Identifikasi Kebutuhan Terhadap Tindakan Dan Kolaborasi
Lakukan pemantauan kehamilan dan kolaborasi dengan dokter jika dibutuhkan

V. Rencana Asuhan
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
a. Jelaskan kondisi ibu
b. Anjurkan ibu memeriksakan kehamilannya rutin
c. Libatkan keluarga memberi dukungan ibu
2. Pemberian informasi pola istirahat
a. Jelaskan pentingnya istirahat bagi ibu hamil
b. Anjurkan ibu untuk beristirahat siang hari minimal 1 jam
c. Istirahat baring
d. Anjurkan ibu untuk tidur dengan kaki lebih tinggi
3. Pemberian terapi pada ibu
a. Beri ibu obat hipertensi
b. Anjurkan ibu mengatur pola istirahat
c. Anjurkan ibu untuk diet
d. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe tiap hari

VI. Pelaksanaan Asuhan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
a. Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini mengalami pre eklamsia ringan
b. Menganjurkan ibu untuk periksa kehamilan 2x/ minggu
c. Melibatkan keluarga dalam memberi dukungan dalam pengawasan pada ibu
2. Memberikan informasi tentang pola istirahat
a. Menjelaskan pentingnya istirahat bagi ibu hamil yaitu normalnya 7 – 8 jam. Untuk memperbaiki tekanan darah ibu
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat siang minimal 1 jam untuk mencukupi pola istirahat ibu hamil
c. Menganjurkan ibu istirahat baring, walaupun tidak harus tidur namun tidak melakukan pekerjaan berat
d. Menganjurkan ibu untuk tidur degan posisi kaki lebih tinggi dari pada kepala


3. Memberi informasi pada ibu tentang terapi/ pengobatan pre eklamsi
a. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola istirahat yaitu 7 – 8 jam dan ditambah istirahat siang minimal 1 jam, dan anjurkan ibu tirah baring dan posisi istirahat ibu yaitu kaki lebih tinggi untuk mengurangi pembengkakan ekstremitas
b. Menganjurkan ibu untuk diit rendah garam, tinggi protein dan banyak makan sayuran serta buah-buahan dan banyak minum.
c. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe 1 tablet/ hari
d. Minta ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu akan datang


VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisi kehamilan saat ini dan berkata akan menjaga kehamilannya agar mengurangi trauma pada saat bersalin
2. Ibu mengerti pentingnya diet dan istirahat yang baik dan berjanji akan melaksanakan anjuran yang diberikan
3. Ibu berjanji untuk memeriksakan kehamilannya lagi 2x/ minggu dan melakukan kunjungan ulang minggu depan serta akan segera periksa kapan saja bila ada keluhan


DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Gede Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA

Yayasan Sarwono Prawihardjo, 1997, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, JAKARTA

LETAK SUNGSANG

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui bantuan ultrasonografi (USG).
Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain kelahiran kembar, cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly, ari-ari yang pendek dan kelainan rahim.Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan mendekati 40 minggu.
Penyebabnya lebih detail ada dua, yaitu faktor janin dan ibu sendiri. Dari segi janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
Sebaliknya, bila si bayi terlalu besar dan posisi kepala masih di atas. Pada saat kepala akan melewati panggul menuju posisi normal, akhirnya terpental kembali karena ruangan panggul ibu terlalu sempit sehingga kepala bayi sulit berputar ke arah bawah.Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang kehamilan dengan letak sungsang
2. Mahasiswa mengetahui penyebab terjadinya letak sungsang
3. Mahasiswa menjadi paham tentang penanganan kehamilan ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999).
Letak sungsang adalah Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim , kepala berada di fundus dan bokong bawah.
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki
3. Letak lutut
4. Letak kaki
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.

B. KLASIFIKASI
1. Letak bokong (Frank Breech).
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % )
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech).
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang )
3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech).
adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :
- Kedua kaki = Letak kaki sempurna
Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
Total = 24 %
- Kedua lutut : Letak lutut sempurna
Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
Total = 1 %
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1. Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2. Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3. Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4. Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
C. ETIOLOGI
PENYEBAB LETAK SUNGSANG :
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain. Bila si bayi terlalu besar dan posisi kepala masih di atas. Pada saat kepala akan melewati panggul menuju posisi normal, akhirnya terpental kembali karena ruangan panggul ibu terlalu sempit sehingga kepala bayi sulit berputar ke arah bawah.
Plasenta Previa : Menghalangi kepala turun ke panggul
2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur). Janin & multipara: Bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah.
Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi.
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
5. Janin sedah lama mati.
6. Sebab yang tidak diketahui.
D. TANDA DAN GEJALA
A. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
B. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
C. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
D. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
E. DIAGNOSIS
1. Palpasi.
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.
2. Auskultasi.
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
Ddj X djj X
3. Pemeriksaan dalam.
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang – kadang kaki (pada letak kaki)
Bedakan antara :
a) Anus
 Lubang kecil
 Tulang (-)
 Isap (-)
 Mekonium (+)
b) Kaki
 Tumit
 Sudut 90º
 Rata jari-jari
c) Lutut
 Patella
 Poplitea
d) Mulut
 Menghisap
 Rahang
 Lidah
e) Tangan siku
 Jari panjang
 Tidak rata
 Patella (-)
4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus.
F. PROGNOSIS
 Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
 Bagi janin :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam waktu 8 menit.
G. PENATALAKSANAAN
1. Sikap sewaktu hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin dengan VERSI LUAR.
Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala. Hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34 minggu , multi dengan usia kehamilan 36 minggu , dan tidak ada panggul sempit , gemelli atau plasenta previa.
2. Syarat
 Pembukaan kurang dari 5 cm
 Ketuban masih ada
 Bokong belum turun atau masuk P.A.P
3. Teknik
 Kandung kencing harus dikosongkan
 DJJ diperiksa
 Lebih dahulu bokong lepaskan dari P.A.P dan ibu berada dalam posisi Trendelenburg
 Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
 kepala dan bokong janin dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga badan janin membulat dengan demikian janin mudah diputar.
 Putar ke arah muka /perut janin.
janin diputar sehingga kepala janin terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut janin supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung janin diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
 Lalu tukar kanan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala
 Setelah berhasil pasang gurita dan observasi tensi ,DJJ serta keluhan.
4. Pimpinan persalinan
1. Cara berbaring :
 Litotomi sewaktu inpartu
 Trendelenburg
2. Melahirkan bokong :
 Mengawasi sampai lahir spontan
 Mengait dengan jari
 Mengait dengan pengait bokong
 Mengait dengan tali sebesar kelingking
3. Ekstraksi kaki :
Ekstraksi pada kaki lebih mudah .Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal ( seksio sesarea)
H. CARA MELAHIRKAN PER VAGINAM
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe)
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
a) Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
b) Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid
1. Cara melahirkan bahu dan lengan
a) Cara klasik (Deventer)
Pegang bokong dengan menggunakan ibu jari berdampingan pada os sakrum dan jari lain di lipat paha. Kemudian janin ditarik ke bawah sehingga skapula berada di bawah simfisis .Lalu lahirkan bahu dan lengan belakang ,kemudian lengan depan.
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi
Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK



Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

b) Cara Lovset
Setelah sumbu bahu janin berada dalam ukuran muka belakang. Tubuhnya ditarik kebawah lalu dilahirkan bahu serta lengan belakang. Setelah itu janin diputar 90º sehingga bahu depan menjadi bahu belakang ,lalu dikeluarkan seperti biasa.
Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :
1. Tehnik sederhana.
2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.
Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

c) Cara Mueller
Tarik janin vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan.Cara melahirkan bahu-lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu jari menyapu muka . Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu- lengan belakang dikait
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.menyapu kepala.

Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan


Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri penolong)


d) Cara Bracht
Bokong ditangkap ,tangan diletakkan pada paha dan sakrum , kemudian janin ditarik ke atas .Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara.

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht



Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht


e) Cara Potter
Dikeluarkan dulu lengan dan bahu depan dengan menarik janin ke bawah dan menekan dengan 2 jari pada skapula . Badan janin diangkat ke atas untuk melahirkan lengan dan bahu belakang dengan menekan skapula belakang.
2. Melahirkan kepala
a) Mauriceau ( veit smellie)
Masukkan jari-jari dalm mulut ( muka mengarah ke kiri= jari kiri , mengarah ke kanan = jari kanan). Letakkan anak menunggang pada lengan sementara tangan lain memegang pada tengkuk ,lalu tarik ke bawah sampai rambut dan kepala dilahirkan. Kegunaan jari dalam mulut , hanya untu menambah fleksi kepala.

Gambar 16 Tehnik Mouriceau

b) de Snoo
Tangan kiri menadah perut dan dada serta 2 jari diletakkan di leher ( menunggang kuda). Tangan kanan menopang menekan di atas simpisis .Perbedaannya dengan Mauriceu ialah disini tangan tidak masuk dalam vagina
c) Wigand Martin – Winckel
Satu tangan (kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulut janin sedang jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah. Tangan lain menekan di atas simfisis atau fundus.
d) Naujoks
Satu tangan memegang leher janin dari depan , tangan lain memegang leher pada bahu , tarik janin ke bawah dengan bantuan dorongan dari atas simfisis.
e) Cara praque terbalik
Dilakukan pada ubun-ubun kecil terletak sebelah belakang.Satu tangan memegang bahu janin dari belakang ,tangan lain memegang kaki lalu menarik janin ke arah perut ibu dengan kuat.

Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

3. Ekstraksi
Terdiri atas ekstraksi pada kaki dan ekstraksi pada bokong .Karena ekstraksi pada bokong sedikit sukar , kita sedapat mungkin berusaha untuk melakukan ekstraksi pada kaki , sebab mudah dikerjakan.
BOKONG :
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan


Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong


KAKI :
Gambar 21 Tangan dalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa poplitea


Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki janin


Gambar 23 c, d , e
Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver Pinard)
a) Perasat Profilaksis Pinard
Maksudnya adalah melakukan ekstraksi pada kaki sebelum ada indikasi , hanya untuk berjaga- jaga . Caranya dengan menekan paha anak terhadap perutnya , dengan sendirinya kaki akan jatuh dan dapat dikeluarkan .Kaki yang akan keluar dapat menambah pembukaan. Bila akan dilakukan tindakan setelahnya , akan mudah menarik kaki.
Ada yang setuju dengan perasat ini , tetapi ada pula yang tidak membenarkan . Alasan yang kontra adalah bila kaki dikeluarkan maka mudah mendapat rangsangan dan anak akan mudah asfiksia ( rangsangan bernafas).
Dalam menghadapi persalinan letak sungsang yang terpenting adalah menentukkan apakah anak akan lahir pervaginam atau harus dilahirkan dengan seksio sesarea. Dilihat dari sudut anak,maka SC adalah cara terbaik , oleh karen itu persalinan pervaginam bagi anak membawa angka kematian yang tinggi. Meskipun anak hidup , sering terjadi gangguan pada otak dengan akibat yang tidak kita inginkan .Pada letak sungsang dapat dilakukan seksio sesarea bila ada perkiraan panggul sempit dan bila persalinan tidak lancar.
b) Cara Reposisi Tangan Menjungkit ( Nuchae Arms )
1. Satu tangan menjungkit
Janin diputar 90º ke arah mana tangan menunjuk , sehingga tangan akan terlepas menyapu kepala.
Gambar 11 Lengan menunjuk ( “ nuchal arm”)



Gambar 12 Lengan kiri menunjuk kekanan


Gambar 13 Tubuh anak diputar searah dengan menunjuknya lengan (kekanan)


Gambar 14 Menurunkan lengan anak




2. Kedua tangan menjungkit
Untuk tangan pertama seperti di atas dan untuk tangan kedua diputar berlawanan arah 180º
Gambar 15. Melahirkan lengan menjungkit




c) Kepala sulit lahir ( After Coming Head )
1. Bila janin masih hidup lahirkan kepala dengan ekstraksi forsep (cunam Piper)
2. Bila janin sudah meninggal dilakukan embriotomi ( kraniotomi)